Petani, yang sering disebut-sebut sebagai profesi masyarakat kelas bawah tidak dipungkiri menjadi kontribusi terbesar pendapatan negara setiap tahunnya di awal abad 21-an. Khususnya negara berkembang seperti Indonesia memiliki karakteristik agraris dilihat dari kondisi tanah, iklim dan budaya yang memadai untuk menunjang industri pertanian dalam sekala besar. Dalam profesi kelas bawah ini, pertanian menjadi ujung tombak perekonomian negara yang memberikan kontribusi besar ekspor dan memenuhi sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat hingga sekarang. Hal tersebut terbukti dengan dominasi jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 38,07 juta orang pada tahun 2013 (Kompas.com, 2013). Pertanian, menjadi topeng kemiskinan hingga kini. Daya tarik profesi pertanian yang hanya dipilih sebagian masyarakat miskin bermodalkan tanah warisan atau leluhur menjadi alasan jelas bahwa industri yang seharusnya berpotensial menjadi tempat pelarian sebagian besar masyarakat yang putus asa. Profesi yang hanya digemari oleh sebagian besar masyarakat golongan berusia tua menjadi kurang produktif karena berubah marginal dan tertutup dari dunia luar yang lebih inovatif. Gambaran pertanian yang kotor dan jauh dari dunia modern telah menawarkan kemewahan dan kesederhanaan di sebuah perkampungan kecil yang serba sulit.
Prediksi masa depan yang lebih sulit pula, tantangan persaingan yang lebih ketat dan menyempitnya luasan lahan pertanian menjadi buah dari ketidak pedulian masyarakat moderen akan sumber makanan saat ini. Di masa depan bukan tidak mungkin bahwa pertanian akan menjadi tradisi yang terlupakan saat usia muda tidak mengingat dari mana sumber-sumber makanan mereka berasal. Lahan-lahan pertanian, perkebunan dan sejumlah hutan lindung yang berfungsi menunjang kehidupan secara ekologi berubah menjadi jalan-jalan raya, pertokoan, gedung-gedung bertingkat, hotel-hotel dan infrastruktur lain yang hanya memberikan kesenangan akhir pekan, tentunya akan menjadi lembah paling dalam dari grafik kulaitas kehidupan yang sungguh tidak layak.
Ledakan populasi yang tidak terkendali adalah bencana besar yang mengancam sejumlah negara di dunia. Sementara, kualitas lingkungan yang semakin menurun dan pembangunan yang tidak merata disebabkan aspek finansial yang lemah menyebabkan ancaman lanjutan berupa kelaparan dan penyebaran penyakit yang semakin mudah. Esok atau lusa bahwa bidang pertanian kembali akan dibangkitkan dari tidur panjang mengingat satu-satunya sumber makanan yang tersisa berasal dari kawasan-kawasan jauh dari sentuhan dunia moderen. Makanan-makanan murah dengan kualitas yang baik berasal dari pertanian tradisional yang sebelumnya terlupakan karena tertinggal dari inovatif yang lebih menarik perhatian.
Industri pertanian pada dasarnya berada pada posisi paling mendasar dalam prinsip kebutuhan manusia secara global. Pertanian bukan berarti hanya sebuah hamparan tanaman-tanaman pangan yang dialokasikan pada suatu areal luas kemudian diambil hasilnya untuk memenuhi kebutuhan perut manusia. Jauh dari itu, industri yang mulanya bersifat statis berkembang dengan cepat menghasilkan produk turunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sejarah mengatakan bahwa perbedaan manusia saat ini dengan manusia primitif berasal dari sistem dan prilaku mereka mendapatkan makanan itu sendiri. Sistem perburuan, pertanian berpindah, memetik makanan dari sejumlah tanaman dan meramu brbagai sumber makanan yang tersedia di alam sudah tidak terpakai lagi dalam lingkungan yang berbeda seperti saat ini. Pertanian yang efisien, pengolahan tanah, peningkatan produktifitas dan komoditas hasil, penanggulangan hama dan penyakit serta menemukan sumber-sumber makanan baru merupakan sistem yang sedang berlaku.
Waktu berjalan cepat sejak berakhirnya masa-masa primitif dan kebutuhan manusia bukan lagi hanya memikirkan isi perutnya. Maju dan semakin berkembang, kebutuhan manusia berlalu menciptakan kebutuhan-kebutuhan kedua, ketiga dan keempat. Manusia mulai menatap energi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan paling moderen, mengembangkan komunikasi hingga sarananya yang lebih canggih, munculnya temuan-temuan baru, wilayah-wilayah baru, cara-cara baru, merekayasa berbagai kondisi yang tidak diinginkan, merubah manusia lebih kebal dari kelemahannya, sarana-sarana sosial, dunia hiburan dan pemikiran-pemikiran yang perlu difasilitasi. Hingga kini, demikian bahwa manusia berfikir hanya untuk memenuhi berbagai keinginannya dan tidak berfikir bahwa kita hidup pada realita ruang yang cukup sempit.
Ekonomi dunia yang digambarkan dengan kemakmuran, berupa infrastruktur megah yang dapat menunjang berbagai mobilitas dalam bidang apapun. Menggunakan mata uang sebagai alat tukar yang lebih sederhana walau pada dasarnya prinsip keuangan yang tidak adil. Petani-petani mulai mendapatkan upah, bukan lagi hasil panen. Menyudutkannya para petani tersebut pada bencana kelaparan, karena aturan-aturan ekonomi tersebut. Sehingga industri pertanian tradisional sudah tidak menarik, mendorong para pengguna cangkul pergi menuju kemegahan kota, maka munculah fenomena masyarakat urban yang cenderung menjadi sampah di perkotaan.
Semakin cepat waktu berlalu, pedesaan muali sepi, sawah-sawah menjadi kering, kebun-kebun tidak terurus, sebagian sudah berubah menjadi perumahan, sebagian lagi berubah menjadi pabrik-pabrik, harga lahannya yang menjadi murah, perusahaan-perusahaan private menjadi penguasa, masyarakat tidak diperbolehkan lagi pulang ke kampung halamannya, tanah-tanahnnya tercemar, tanaman-tanamannya menjadi mati, bukit-bukitnya di keruk rata, sumber-sumber airnya menjadi pembuangan limbah dan yang gagal tidak tertarik pada uang hallal. Meningkatnya angka kejahatan sudah terbukti terjadi akibat pertanian di pedesaan yang gagal memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Pertanian yang produktif menghasilkan sumber makanan dengan sekala besar, berkesinambungan seiring dengan perubahan alam. Ekosistem alam yang tidak terbantahkan memegang peranan penting dalam berbagai siklus dunia pertanian, oleh sebab itu pertanian moderen tidak lepas dari kaidah-kaidah lingkungan dalam memperoleh kondisi yang diharapkan secara terus menerus. Dengan cara-cara yang baik, hati-hati serta berlandaskan teknologi hijau yang sudah ada maka dunia pertanian modern sudah dapat menjadi pegangan dalam menjaga kesetabilan ekonomi dunia.
Dinamika hubungan politik antar negara serta berbagai macam konflik yang pernah terjadi selalu dikaitkan dengan perolehan sumber daya alam. Gambaran tersebut menunjukan prilaku putus asa ketika sumber daya memang tidak dapat dipanen dimanapun dengan jumlah besar. Namun sumberdaya adalah hal paling kompleks dan memerlukan berbagai syarat eksistensi karena keterbatasan manusia itu sendiri. Begitu halnya pertanian, jumlahnya menurun seiring pertambahan populasi manusia di muka bumi, keterbatasan ruang serta berbagai syarat yang harus dipenuhi pula telah menekan industri ramah lingkungan. Suatu saat peran serta petani kecil menjadi penting karena jumlah potensi sumberdaya yang tidak terbatas dengan jumlah yang sangat besar memerlukan energi tenaga manusia yang cukup besar pula.
Pustaka:
Firmansyah, 2014. Satu Dekade, Kontribusi Pertanian Terhadap PDB Menurun. Bisniskeuangan.kompas.com/.../. [18-03-2015],[15:45]
Firmansyah, 2014. Satu Dekade, Kontribusi Pertanian Terhadap PDB Menurun. Bisniskeuangan.kompas.com/.../. [18-03-2015],[15:45]
0 comments:
Post a Comment