Tuesday, March 31, 2015

EFISIENSI LAHAN SEBAGAI SOLUSI INDUSTRI PERTANIAN PRODUKTIF

0 comments

Lahan Marginal

 Banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efesiensi lahan atau meningkatkan produksi lahan pada satuan luas tertentu. Peningkatan produksi hasil pertanian pada saat ini masih mengandalkan penggarapan lahan dengan jumlah yang cukup luas. Dengan adanya usaha efisiensi lahan maka penggunaan lahan dapat dipersempit sementara hasil terus dapat meningkat. Usaha tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara baik secara genetis, mekanis maupun secara fisik.Peningkatan produktifitas hasil pertanian pada masa sekarang menjadi pekerjaan rumah para pakar pertanian yang tidak kunjung selesai. Berbagai usaha perluasan lahan pertanian oleh pemerintah sudah dilakukan, namun laju perluasan lahan tersebut tidak mampu melawan tekanan alih fungsi lahan pertanian itu sendiri menjadi berbagai fungsi lahan lain non vegetasi. Peningkatan jumlah penduduk serta tekanan pembangunan infrastruktur menjadi penyebab menyempitnya luasan lahan pertanian. Di sisi lain bahwa lahan-lahan produktif berkurang kualitasnya karena penggunaan lahan yang tidak efisien.

Saturday, March 28, 2015

EFISIENSI MODAL INDUSTRI PERTANIAN MASYARAKAT

0 comments
Efisiensi Biaya
Memulai menjalankan usaha pertanian pada masyarakat, hal pertama yang harus dipikirkan adalah mengenai modal. Akumulasi analisis modal boleh membumbung tinggi, namun pada pelaksanaannya kita bisa melakukan usaha-usaha tertentu dengan tujuan menghemat biaya sehingga dapat menekan pengeluaran modal namun tetap pada koridor optimalisasi produksi. Setelah perumusan masalah teknis baik dalam hal pembukaan lahan, penggarapan tanah, teknik tanaman dan perlakuan maka akan diketahui seberapa besar modal yang harus dikeluarkan. Hal tersebutlah yang menjadi ganjalan paling signifikan ketika seseorang memulai usaha pertaniannya.

INDUSTRI PERTANIAN DAN EKONOMI DUNIA

0 comments
Pertanian Modern
Petani, yang sering disebut-sebut sebagai profesi masyarakat kelas bawah tidak dipungkiri menjadi kontribusi terbesar pendapatan negara setiap tahunnya di awal abad 21-an. Khususnya negara berkembang seperti Indonesia memiliki karakteristik agraris dilihat dari kondisi tanah, iklim dan budaya yang memadai untuk menunjang industri pertanian dalam sekala besar. Dalam profesi kelas bawah ini, pertanian menjadi ujung tombak perekonomian negara yang memberikan kontribusi besar ekspor dan memenuhi sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat hingga sekarang. Hal tersebut terbukti dengan dominasi jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 38,07 juta orang pada tahun 2013 (Kompas.com, 2013). Pertanian, menjadi topeng kemiskinan hingga kini. Daya tarik profesi pertanian yang hanya dipilih sebagian masyarakat miskin bermodalkan tanah warisan atau leluhur menjadi alasan jelas bahwa industri yang seharusnya berpotensial menjadi tempat pelarian sebagian besar masyarakat yang putus asa. Profesi yang hanya digemari oleh sebagian besar masyarakat golongan berusia tua menjadi kurang produktif karena berubah marginal dan tertutup dari dunia luar yang lebih inovatif. Gambaran pertanian yang kotor dan jauh dari dunia modern telah menawarkan kemewahan dan kesederhanaan di sebuah perkampungan kecil yang serba sulit.